PELABUHAN TANJUNG TEMBAGA
Pelabuhan
Tanjung Tembaga yang terletak di kawasan kecamatan mayangan, memiliki
pantai yang sangat menarik dengan keindahannya, di pelabuhan tersebut
kita dapat melihat Matahari Terbit (Sunrise) dan Matahari terbenam
(Sunset). Keindahan Pariwisata Sunset dan Sunrise yang dimilikki oleh
pelabuhan kota Probolinggo tidak kalah jauh dengan pantai - pantai yang
ada di pulau Bali.
Kita dapat merasakan betapa indahnya
Pemandangan Sunset dan Sunrise di Pelabuhan Tanjung Tembaga Kota
Probolinggo. Dan kita juga dapat mersakan betapa Kayanya pemandangan
indah yang dimiliki oleh kota Probolinggo.
Di PelabuhanTanjung
Tembaga kota Probolinggo juga memiliki Pasar ikan, setiap sore nelayan -
nelayan yang baru singgah ke pelabuhan juga menyisihkan hasil
tangkapannya untuk dijual ke pasar tersebut jadi anda dapat membeli ikan
segar disana dengan harga yang cukup relatif murah.
PULAU GILI
Gili
Ketapang merupakan pulau yang indah. Terletak 5 mil lepas Pantai Utara
Probolinggo. Butuh waktu 30 menit naik perahu motor dari pelabuhan
Tanjung Tembaga kesana. Dibagian timur dan selatan pulau tersebut
membentang pasir putih yang lautnya belum tercemar dan nampak
kebiru-biruan. Saat laut tenang, pengunjung bisa melihat bunga karang
yang indah dan berbagai jenis ikan hias berwarna-warni. Pulau seluas
68Ha dihuni 8000 jiwa, sebagian besar warganya Suku Madura dan hamper
90% menjadi nelayan yang menggantung hidupnya di langit.
Keunikan
lain dari pulau ini adalah kepercayaan masyarakat setempat tentang
asal-usul nama Gili-Keatapang, bahwa pulau ini mempunyai kekuatan ghaib
yang bergerak lamban ke tengah laut. Semula pulau ini menjadi satu
dengan daratan desa Ketapang Kecamatan Sumberasih. Ketika Gunung Semeru
meletus terjadilah gempa bumi yang sangat dahsyat sehingga sebagian
daratan desa ketapang terpisah ketengah sejauh 5 mil dari Kota
Probolinggo. Sebagian daratan menjadi sebuah pulau yang bergerak. Oleh
sebab itu masyarakat setempat menyebut pulau tersebut dengan nama
“Gili-Ketapang” yang berasal dari bahasa Madura yang artinya “mengalir”
adalah nama desanya.
Jajaran perahu nelayan yang tengah
beristirahat menunggu waktu melaut dimalam hari menandakan 8000 jiwa
penghuni pulau ini adalah keluarga nelayan. Bau khas ikan dijemur dan
deru mesin perahu nelayan yang kadang berubah fungsi menjadi kapal
penumpang mempertegas suasana perkampungan nelayan pulau itu.
Jika
cuaca cerah dan angina tampak bersahabat, tampak bersahabat, jsa
angkutan kapal nelayan itu selalu bersedia mengantar anda di kapal
penumpang, logat osing (dialek bahasa madura) terdengar akrab ditelinga.
Memang duduk menunggu diatas geladak perahu sambil berdesak-desakan
merupakan hal biasa. Tapi jangan harap menikmati jasa perahu eksekutif.
Jika
hari sedang ramai tak kurang tiap 15 menit kapal akan beranjak dari
pelabuhan menuju pulau Gili. Setelah perjalanan kurang lebih 30 menit,
anda juga akan menemukan keindahan pemandangan dasar laut yang tersaji
begitu jelas di dasar perairan.
Misteri Gua Kucing
Meski
kurang dikembangkan sebagai wisata layaknya pulau Seribu, ternyata pulau
ini tetap menarik perhatian orang. Keberadaan Gua Kucing yang
dikeramatkan menjadi sakah satu alasan bagi pengunjung untuk datang.
Menurut cerita yang berkembang tempat ini sebenarnya merupakan petilasan
Syech Ishap, dia adalah Penyebar Agama Islam, yang pernah singgah dalam
perjalanan dari Gresik menuju Blambangan, Banyuwangi.
Mengapa
dinamakan gua kucing?, konon karena di gua ini pernah disinggahi syech
Ishap ini hidup bersama ribuan kucing. Konon juga salah satu kucing ada
yang bertuliskan arab du kepalanya.
Ketika tokoh tersebut
meninggalkan pulau ini, populasi kucing ikut berkurang. Anehnya setiap
malam JUmat Legi suara “meong” terdengar disela-sela gua, namun setelah
didekati, suara itu menghilang.
Selain gua, tentu anda dapat
menyalurkan hobi memancing di sekitar perairan pulau. Kalu mau, anda
bisa menyewa kapal nelayan sebesar 50 ribu untuk tiga sampai empat jam.
Disana anda juga bisa membeli hasil tangkapan laut yang dijual penduduk
pasar, untuk sekedar oleh-oleh.
Candi Jabung
01:36
| Author: Tri Wahyuningsih
Candi
Jabung adalah Candi peninggalan dari kerajaan Majapahit yang terletak
di desa Jabung Candi, kecamatan , Kabupaten Probolinggo. Berjarak hanya
sekitar 5 km dari Kraksaan dan 500 meter sebelah tenggara kolam renang
Jabung Tirta yang berada di pinggir jalan raya Surabaya - Situbondo.
Candi
Jabung merupakan salah satu peninggalan bersejarah di Probolinggo yang
terletak di Desa Jabung, Kecamatan Paiton berada pada ketinggian 8 m
dpl. Candi ini terbuat dari batu merah dengan ukuran, panjang 13,11 m,
lebar 9,58 m dan tinggi 15,58 m. Sebelum dipugar areal candi ini seluas
35 x 40 m dan sekarang telah mendapat perluasan 20.042 m2.
Seperti
bangunan candi umumnya Candi Jabung terdiri dari bagian subbasement,
bagian kaki candi, tubuh candi dan atap candi. Ditinjau dari sudut
arsitektur Candi Jabung sangat menarik, karena bagian tubuhnya berbentuk
bulat (silinder) yang berdiri diatas bagian kaki candi bertingkat tiga
berbentuk persegi. Sedangkan bagian atapnya berbentuk stupa.
Letak
pintu bilik candi berada disebelah barat, maka Candi Jabung menghadap
ke barat. Pada sisi barat masih terlihat bagian yang menjorok ke depan
merupakan bekas susunan tangga naik memasuki candi. Di sebelah Barat
Daya halaman candi terdapat bangunan candi. Menara sudut di perkirakan
penjuru pagar, fungsinya sebagai pelengkap bangunan induk Candi Jabung.
Candi Menara sudut terbuat dari bahan batu bata, bangunan candi tersebut
berukuran tiap-tiap sisi 2.55 meter, tinggi 6 meter.
Arsitektur
Candi Jabung sangat menarik, mempunyai komponen berupa batur, kaki,
tubuh dan atap, pada bagian tubuh bentuknya bulat (silinder segi delapan
) berdiri diatas bagian kaki candi yang betingkat tiga berbentuk
persegi. Sedangkan pada bagian atapnya dagoda (stupa) tetapi pada bagian
puncak sudah runtuh dan atapnya berhias motif sulur-suluran.
Di dalam bidik candi terdapat lapik area, berdasarkan inskripsi pada pintu masuk candi Jabung
didirikan pada tahun 1276 c (saka) = 1354 Masehi masa kebesaran
kerajaan Majapahit. Menurut keagamaan, Agama Budha dalam kitab Nagara
Kertagama dan Pararaton Candi Jabung di sebutkan dengan nama
Bajrajinaparamitapura. Dalam kitab Nagara Kertagama candi Jabung di
kunjungi oleh Raja Hayam Wuruk pada tahun 1359 Masehi pada kitab
Pararaton disebut Sajabung yaitu tempat pemakaman Bhra Gundul salah
seorang keluarga raja.
Di lokasi Candi Jabung anda bisa
mengetahui sejarah seluk beluk Candi Jabung dari informasi yang
terpampang di depan. laskan bahwa pada tahun 1978, kondisi candi tampak
tak terurus, seluruh bangunan ditumbuhi pohon dan rumput liar. Baru pada
tahun 1980 pemkab Probolinggo melakukan pemugaran umtuk merenovasi dan
menggantikan bagian yang rusak. Baru pada tahun 1986 setelah pemugaran
selesai, Candi Jabung sedah bisa dinikmati wisatawan.
Situs Candi
Situs
terdiri dari dua bangunan utama yang terdiri atas satu bangunan besar
dan yang satu bangunan kecil dan biasa disebut Candi Sudut. Yang menarik
adalah material bangunan candi yang berupa batu bata merah berkualitas
tinggi yang kemudian diukir dalam bentuk relief. Struktur bangunan candi
yang hanya dari bata merah ini mampu bertahan ratusan tahun.
Gunung Bromo
merupakan salah satu tujuan wisata di Probolinggo. Pengunjungnya bukan
hanya wisatawan lokal, bahkan banyak yang berasal dari luar negeri.
Dengan pemandangan yang khas membuat Bromo layak menjadi tujuan wisata.
Apa saja keistimewaan Gunung Bromo?
Dingin,
begitulah yang akan Anda rasakan saat pertama kali Anda keluar dari
mobil. Suhu disini mencapai 10 derajat bahkan sampai 0 derajat Celsius
saat menjelang pagi. Maka, Anda hendaknya mempersiapkan pakaian dingin,
topi kupluk, sarung tangan, kaos kaki, syal untuk mengatasinya. Tapi,
bila Anda melupakan perlengkapan tersebut, ada banyak penjaja keliling
yang menawarkan dagangannya berupa topi, sarung tangan, atau syal.
Melihat Matahari Terbit Bromo dari Pananjakan
Pengunjung
biasa mengunjungi kawasan ini sejak dini hari dengan tujuan melihat
terbitnya matahari. Untuk melihatnya, Anda harus menaiki Gunung
Pananjakan yang merupakan gunung tertinggi di kawasan ini. Medan yang
harus dilalui untuk menuju Gunung Pananjakan merupakan medan yang berat.
Untuk menuju kaki Gunung Pananjakan, Anda harus melalui daerah yang
menyerupai gurun yang dapat membuat Anda tersesat. Saat harus menaiki
Gunung Pananjakan, jalan yang sempit dan banyak tikungan tajam tentu
membutuhkan ketrampilan menyetir yang tinggi. Untuk itu, banyak
pengunjung yang memilih menyewa mobil hardtop (sejenis mobil jeep) yang dikemudikan oleh masyarakat sekitar. Masyarakat sekitar berasal dari suku Tengger yang ramah dengan para pengunjung.
Sampai
diatas, ada banyak toko yang menyediakan kopi atau teh hangat dan api
unggun untuk menghangatkan tubuh sambil menunggu waktu tebitnya
matahari. Ada pula toko yang menyewakan pakaian hangat. Menyaksikan
terbitnya matahari memang merupakan peristiwa yang menarik. Buktinya,
para pengunjung rela menunggu sejak pukul 5 pagi menghadap sebelah timur
agar tidak kehilangan moment ini. Anda pun tidak selalu bisa
melihat peristiwa ini, karena bila langit berawan, kemunculan matahari
ini tidak terlihat secara jelas. Namun, saat langit cerah, Anda dapat
melihat bulatan matahari yang pertama-tama hanya sekecil pentul korek
api, perlahan-lahan membesar dan akhirnya membentuk bulatan utuh dan
memberi penerangan sehingga kita dapat melihat pemandangan gunung-gunung
yang ada di kawasan ini. Antara lain, Gunung Bromo, Gunung Batok, atau
Gunung Semeru yang merupakan gunung tertinggi di Pulau Jawa.
Kawah dan Lautan Pasir Bromo
Selesai
menyaksikan matahari terbit, Anda dapat kembali menuruni Gunung
Pananjakan dan menuju Gunung Bromo. Sinar matahari dapat membuat Anda
melihat pemandangan sekitar. Ternyata Anda melewati lautan pasir yang
luasnya mencapai 10 km². Daerah yang gersang yang dipenuhi pasir dan
hanya ditumbuhi sedikit rumput-rumputan yang mengering. Tiupan angin,
membuat pasir berterbangan dan dapat menyulitkan Anda bernafas.
Untuk
mencapai kaki Gunung Bromo, Anda tidak dapat menggunakan kendaraan.
Sebaliknya, Anda harus menyewa kuda dengan harga Rp 70.000,- atau bila
Anda merasa kuat, Anda dapat memilih berjalan kaki. Tapi, patut
diperhatikan bahwa berjalan kaki bukanlah hal yang mudah, karena sinar
matahari yang terik, jarak yang jauh, debu yang berterbangan dapat
membuat perjalanan semakin berat.
Sekarang,
Anda harus menaiki anak tangga yang jumlahnya mencapai 250 anak tangga
untuk dapat melihat kawah Gunung Bromo. Sesampainya di puncak Bromo yang
tingginya 2.392 m dari permukaan laut, Anda dapat melihat kawah Gunung
Bromo yang mengeluarkan asap. Anda juga dapat melayangkan pandangan Anda
kebawah, dan terlihatlah lautan pasir dengan pura di tengah-tengahnya.
Benar-benar pemandangan yang sangat langka dan luar biasa yang dapat
kita nikmati.
Suku Tengger adalah sebuah suku
yang tinggal di sekitar Gunung Bromo, Jawa Timur, yakni menempati
sebagian wilayah Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Probolinggo, dan
Kabupaten Malang.Nama Tennger Dikisahkan, konon ada sepasang
suami-isteri bernama Jaka Seger dan Raya Anteng, yang disatukan dari
identitas dan status sosial yang berbeda. Jaka Seger adalah seorang
pemuda dari Tengger, sedangkan Rara Anteng adalah salah satu kerabat
dari Keraton Majapahit.
Setelah beberapa tahun usia perkawinan,
keduanya tidak kunjung dikaruniai keturunan. Keduanya lalu bersemadi dan
memohon agar segera diberikan keturunan, disertai ikrar kepada roh
penjaga Gunung Bromo bila doanya terkabul akan melakukan pengorbanan.
Permohonan
tersebut ternyata dikabulkan, bahkan mereka dikaruniai keturunan
berjumlah dua puluh lima orang. Untuk memenuhi janjinya, sepasang
suami-istri itupun menyerahkan anam bungsunya bernama Dewa Kusuma untuk
dikorbankan kepada roh Gunung Bromo.
Sepenggal kisah inilah yang
menjadi asal-usul ritual Kasada, dan diperingati setiap tahun oleh
komunitas Tengger (yang berarti pula anak cucu Rara Anteng dan Jaka
Seger). Tidak lain tidak bukan, ritual ini diperuntukkan untuk mengenang
pengorbanan yang dilakukan oleh Dewa Kusuma. Cerita mengenai Rara
Anteng dan Jaka Seger dalam ritual Kasada biasanya disampaikan menjelang
puncak perayaan Kasada, berupa larung sesaji secara massal di kawah
Gunung Bromo.
Dari
kisah Rara Anteng dan Jaka Seger inilah keseluruhan makna identitas
Tengger selama ini dikonstruksikan. Hefner misalnya, dengan merujuk
sumber-sumber dan catatan kolonial, menyatakan bahwa sebagian orang
Tengger adalah orang-orang Majapahit yang mencari perlindungan dari
serangan kerajaan Islam Demak. Perjumpaan dua “saudara” ini lalu
dimaknai sebagai simbol pertemuan dua identitas yang mengharapkan
kesuburan, kemakmuran, dan keberlangsungan rantai generasi mereka.
Pengorbanan
Dewa Kusuma sebagai representasi leluhur Tengger juga menandai proses
pemujaan terhadap arwah setiap leluhur Tengger yang telah meninggal.
Biasanya pemujaan ini dihelat melalui ritual entas-entas, atau
mengentaskan arwah leluhur yang telah meninggal agar memperoleh alam
surgawi. Sementara Kasada lebih menekankan pada pengentasan arwah
leluhur mereka, yang diritualkan secara massal.
Di kalangan
dukun-dukun Tengger sendiri, makna Kasada memiliki versinya sendiri,
walau secara “resmi” tidak menolak kisah Rara Anteng dan Jaka Seger.
Menurut Mujono (Dukun Ngadas ,Kecamatan Sukapura, Kabupaten
Probolinggo), ritual Kasada menyiratkan banyak makna di antaranya untuk
mengingat pengorbanan leluhur, dan persembahan terhadap Yang Maha Kuasa
guna memperoleh berkah kesuburan dan perlindungan.
Namun demikian
selain cerita legenda yang sebenarnya banyak memuat versi tersebut,
ritual Kasada secara sosiologis sebenarnya juga menjadi momen
perjumpaan. Sebab, melalui ritual Kasada seluruh warga Tengger dari
empat Kabupaten yang mengiris wilayah dataran tinggi Tengger berkumpul
bersama. Tepat tanggal 15 saat bulan purnama, warga Tengger dari
Pasuruan, Probolinggo, Malang dan Lumajang menyatu dan melakukan puja
bakti di Poten yang terletak di pinggir kawah Bromo.
Rangkaian
upacara yang rumit dan dilakukan secara massal inilah yang sebenarnya
membuat daya tarik Kasada amat besar. Paduan antara keelokan Bromo dan
keagungan tradisi wong Tengger memendarkan keagungan yang mengundang
rasa takjub semua orang.
Karena itu rasanya tidak mengherankan,
bila ritual Kasada juga dimaknai oleh berbagai pihak dengan cara yang
berbeda-beda. Proses modernisasi dan realitas ekonomi dan politik
mutakhir telah ikut meletakkan ritual Kasada dalam ruang baru dengan
aneka makna dan tafsir bagi para “penikmatnya”. Nasib tak dapat ditolak,
dalam ruang yang baru ini Kasada kini menjadi arena pertarungan
berbagai kepentingan, dan perebutan berbagai makna yang mengiringi
kehidupan komunitas Tengger.
Sumber Ekonomi
Selain memuat
unsur sakral, ritual Kasada rupanya juga dimaknai lain oleh berbagai
pihak yang memiliki kepentingan dengannya. Tidak bisa dimungkiri Kasada
telah membawa berkah tersendiri bagi para dukun Tengger. Selain membuang
sesaji berupa hasil bumi, hewan peliharaan, maupun uang di kawah Bromo,
wong Tengger juga memberikan “sedekah” kepada dukun agar permintaan
doanya melalui dukun dapat terkabul. Dengan demikian menjadi dukun di
Tengger berarti juga membuka keuntungan ekonomi tersendiri.
Di
pihak lain, bagi sebagian warga Tengger yang hidup serba terbatas dari
segi ekonomi atau ingin menambah pendapatan, ritual Kasada merupakan
peluang yang tidak boleh disia-siakan. Momen ini digunakan untuk
berjualan, menyediakan jasa transportasi dan penginapan. Dan bagi yang
tak cukup modal, biasanya mereka mengais rejeki dengan duduk di pinggir
kawah Bromo menanti sesaji yang dilemparkan para pengunjung, mulai
berupa hasil panen, hewan peliharaan, hingga recehan uang.
Rupanya
bukan hanya warga Tengger yang memperoleh berkah rezeki dari ritual
Kasada. Dinas Pariwisata bahkan secara aktif memanfaatkan momen perayaan
Kasada sebagai lahan baru yang penting guna menambah pundi-pundi
pendapatan asli daerah (PAD). Lalu disusunlah berbagai program paket
wisata, yang sekarang ini sedang dicanangkan oleh keempat pemerintah
kabupaten yang menaungi kawasan Tengger. Berbagai atraksi kesenian pun
digelar mengawali ritual Kasada. Seperti reog dan kidungan, serta
pameran hasil bumi.
Kuasa Politik
Kasada tampaknya memang
bukan sekadar ritual biasa. Kini ia menjadi arena perebutan berbagai
makna. Termasuk menjadi ajang perebutan prestise politik. Di Tengger
yang menjadi bagian dari wilayah Probolinggo, selalu diadakan pelantikan
sesepuh Tengger. Mereka yang dilantik adalah para pejabat pemerintah,
bupati dan pejabat kedinasan di Jawa Timur. Jangan ditanya apakah para
pejabat itu sebelumnya memahami tradisi Tengger atau tidak, karena
rupanya kriteria itu bukan syarat utama.
Sebagian elit Tengger
sendiri menjadikan pelantikan itu lebih sebagai momentum untuk
merapatkan diri ke dalam barisan kekuasaan. Untuk apa lagi kalau bukan
demi kue pembangunan yang dikucurkan di Tengger.
Praktik acara
seperti ini menurut beberapa warga yang relatif tua, dilakukan sejak
Golkar berjaya, kira-kira di era tahun 80-an pada masa keemasan rejim
Orba. Demikian pula sebaliknya, bagi penguasa lokal, penegasan dirinya
sebagai sesepuh Tengger adalah kesempatan untuk mendapatkan sokongan
politik dan jatah jabatan. Dengan menjalin kontak dengan lingkaran
kekuasaan kultural di Tengger, setidaknya menjadi modal sosial bagi
penguasa lokal, sekaligus untuk memudahkan pengendalian politik jika
sewaktu-waktu terjadi konflik sosial.
Berbeda dengan wong
Tengger, dukun, maupun penguasa lokal, para pemuka agama formal juga
memaknai Kasada secara lain. Pemuka Hindu seperti Sarmidi dan Bambang
Soeprapto misalnya, memaknai Kasada sebagai pengamalan nilai-nilai yang
diajarkan dalam Pancanyatnya. Salah satu prinsip Pancanyatnya adalah
dewanyatnya, yakni memberikan penghormatan kepada dewa. Bagi keduanya,
Nyatnya Kasada adalah penegasan atas nuansa kehinduan di Tengger.
Meskipun pada akhirnya klaim inipun memperoleh sanggahan dari wong
Tengger sendiri, seperti Ngatrulin.
Begitulah ritual Kasada di
Tengger. Banyak pihak yang kini sedang “bermain-main” dan berusaha
memaknai Kasada dengan versi dan kepentingannya sendiri. Pemerintah,
kaum agamawan, pebisnis, masyarakat di sekitar Tengger hingga wong
Tenger sendiri.
Walau
begitu, sejauh ini perbedaan tafsir dan pemaknaan ini tidak begitu saja
menggoyahkan integrasi wong Tengger sebagai saudara senasib.
Ketenggeran sejauh ini masih menjadi pandanganwong Tengger. Walau secara
spasial mengalami purifikasi, negosiasi, dan perebutan makna dari
kekuatan modern xang mulai menggurita dalam kebudayaan Tengger.
Wisata
Gunung Bromo Masih mempunyai lagi satu tempat wisata menarik. Lokasinya
tidak jauh dari lautan pasir gunung bromo hanya sekitar 45 menit ke arah
utara untuk menuju tempat wisata ini.namanya
adalah air terjun Madakaripura. Menurut penduduk setempat nama ini
diambil dari cerita pada jaman dahulu, konon Patih Gajah Mada
menghabiskan akhir hayatnya dengan bersemedi di air tejun ini. Cerita
ini didukung dengan adanya arca Gajah Mada di tempat parkir area
tersebut. Untuk mencapai tempat wisata ini tidak terlalu sulit.
Sebaiknya kunjungan dilakukan bila kita akan ke Bromo dari arah
Probolinggo dikarenakan searah dengan perjalanan atau saat berada di
Bromo dan dilakukan pagi hari. Lokasi bisa dicapai dengan kendaraan
pribadi atau mobil sewaan (dari Probolinggo menyewa Panther Rp 150.000,-
pp + supir, 12/2003). Jika kita datang dari arah Probolinggo maka
sesampai di Desa Sukapura kita belok kanan., kita akan melewati jalan
aspal dengan suguhan pemandangan pada bagaian kiri-kanan berupa gunung
tinggi yang menyegarkan mata. Kurang lebih setelah sekitar 5 km
melakukan perjalanan, kita akan bertemu dengan pintu masuk kawasan
wisata air terjun Madakaripura yang ditandai dengan tempat parkir yang
luas dan patung Gajah Mada. Disini, banyak penduduk lokal yang
menawarkan diri menjadi 'guide' yang akan menemani sambil menceritakan
sejarah objek wisata tersebut hingga kita balik lagi ke tempat parkir.
Selanjutnya kita harus berjalan kira-kira 15 menit, melewati jalan
setapak terbuat dari semen yang berbatu sehingga kalau basah tidak akan
licin. Saat berjalan kaki ini kita juga disuguhi pemandangan indah dan
menyejukkan, di samping kanan kita ada aliran sungai berbatu-batu, di
kanan kiri kita diapit tebing tinggi dengan pepohonan lebat beserta
iringan kicauan burung dan derikan kumbang. Terkadang di beberapa bagian
jalan, terhalang oleh pohon rubuh atau ada bekas longsoran, meskipun
demikian jalan ini relatif datar dan dapat dijalani dengan mudah, kalau
kecapekan ada beberapa tempat di sepanjang jalan yang bisa digunakan
untuk duduk-duduk beristirahat.Saat
tiba di lokasi air terjun kita akan bertemu dengan warung kecil, pos
penjaga dan toilet (bisa ganti baju), disitu terdapat pula penyewaan
payung bila kita tidak ingin terlalu basah kuyup. Air terjun ini berawal
dari air yang mengalir dari tebing memanjang dan membentuk tirai,
sehingga kita bisa berpayung ria berjalan di bawahnya. Di ujungnya, kita
akan bertemu dengan sebuah ruangan berbentuk lingkaran berdiameter
kira-kira 25 meter.Berdiri
di dalam ruangan alam ini kita akan merasa seolah berada di dasar
sebuah tabung, dimana terdapat air terjun dengan ketinggian sekitar 200
meter, dengan limpahan air yang jatuh dengan derasnya dari atas dan
berubah menjadi selembut kapas ke kolam berwarna kehijauan. Air yang
jatuh di kolam ini menimbulkan bunyi yang berirama, terkadang bunyi yang
ditimbulkannya lebih keras dikarenakan air yang jatuh lebih deras.
Keunikan dan kesejukan air terjun ini membuat kita betah berlama-lama
memandanginya.Untuk
anda penggemar fotografi, lokasi ini bisa menjadi obyek yang tidak
habis-habisnya, mulai dari pintu masuk kedatangan hingga suasana air
terjun yang seolah dalam tabung.
Beberapa orang di Probolinggo baik di hotel maupun di travel agent yang
kami tanyai mengenai air terjun ini mengaku belum pernah berkunjung
kesana. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk air terjun ini yang
bila terjadi longsor atau banjir, maka kita yang berada di dasar tabung
tersebut akan terperangkap. Sehingga berada di 'tabung' ini perasaan
kita akan bercampur aduk antara kagum pada keindahan alam ini dan
was-was. Melihat kondisi seperti ini jika diperkirakan akan terjadi
longsor atau banjir, kawasan objek wisata Madakaripura ini akan ditutup
untuk pengunjung.Sesudah
puas main air dan kedinginan, kita bisa menikmati minuman panas di
warung dekat air terjun sebelum berjalan kaki lagi menuju tempat parkir.
Secara umum tempat ini telah dikelola dengan cukup baik, dapat dicapai
lewat jalan aspal yang mulus, jalan setapak yang nyaman, fasilitas umum
seperti kamar mandi, mesjid dan tempat parkir. Namun kurangnya informasi
mengenai tempat ini dan jaminan keamanan yang belum ada mengakibatkan
jarang orang tahu dan mau berkunjung ke kawasan wisata ini. Dengan
promosi yang cukup, pengunjung Bromo akan dapat menambah daftar tujuan
wisatanya.amanya adalah air terjun
Madakaripura. Menurut penduduk setempat nama ini diambil dari cerita
pada jaman dahulu, konon Patih Gajah Mada menghabiskan akhir hayatnya
dengan bersemedi di air tejun ini. Cerita ini didukung dengan adanya
arca Gajah Mada di tempat parkir area tersebut. Untuk mencapai tempat
wisata ini tidak terlalu sulit. Sebaiknya kunjungan dilakukan bila kita
akan ke Bromo dari arah Probolinggo dikarenakan searah dengan perjalanan
atau saat berada di Bromo dan dilakukan pagi hari. Lokasi bisa dicapai
dengan kendaraan pribadi atau mobil sewaan (dari Probolinggo menyewa
Panther Rp 150.000,- pp + supir, 12/2003). Jika kita datang dari arah
Probolinggo maka sesampai di Desa Sukapura kita belok kanan., kita akan
melewati jalan aspal dengan suguhan pemandangan pada bagaian kiri-kanan
berupa gunung tinggi yang menyegarkan mata. Kurang lebih setelah sekitar
5 km melakukan perjalanan, kita akan bertemu dengan pintu masuk kawasan
wisata air terjun Madakaripura yang ditandai dengan tempat parkir yang
luas dan patung Gajah Mada. Disini, banyak penduduk lokal yang
menawarkan diri menjadi 'guide' yang akan menemani sambil menceritakan
sejarah objek wisata tersebut hingga kita balik lagi ke tempat parkir.
Selanjutnya kita harus berjalan kira-kira 15 menit, melewati jalan
setapak terbuat dari semen yang berbatu sehingga kalau basah tidak akan
licin. Saat berjalan kaki ini kita juga disuguhi pemandangan indah dan
menyejukkan, di samping kanan kita ada aliran sungai berbatu-batu, di
kanan kiri kita diapit tebing tinggi dengan pepohonan lebat beserta
iringan kicauan burung dan derikan kumbang. Terkadang di beberapa bagian
jalan, terhalang oleh pohon rubuh atau ada bekas longsoran, meskipun
demikian jalan ini relatif datar dan dapat dijalani dengan mudah, kalau
kecapekan ada beberapa tempat di sepanjang jalan yang bisa digunakan
untuk duduk-duduk beristirahat.Saat
tiba di lokasi air terjun kita akan bertemu dengan warung kecil, pos
penjaga dan toilet (bisa ganti baju), disitu terdapat pula penyewaan
payung bila kita tidak ingin terlalu basah kuyup. Air terjun ini berawal
dari air yang mengalir dari tebing memanjang dan membentuk tirai,
sehingga kita bisa berpayung ria berjalan di bawahnya. Di ujungnya, kita
akan bertemu dengan sebuah ruangan berbentuk lingkaran berdiameter
kira-kira 25 meter.Berdiri
di dalam ruangan alam ini kita akan merasa seolah berada di dasar
sebuah tabung, dimana terdapat air terjun dengan ketinggian sekitar 200
meter, dengan limpahan air yang jatuh dengan derasnya dari atas dan
berubah menjadi selembut kapas ke kolam berwarna kehijauan. Air yang
jatuh di kolam ini menimbulkan bunyi yang berirama, terkadang bunyi yang
ditimbulkannya lebih keras dikarenakan air yang jatuh lebih deras.
Keunikan dan kesejukan air terjun ini membuat kita betah berlama-lama
memandanginya.Untuk
anda penggemar fotografi, lokasi ini bisa menjadi obyek yang tidak
habis-habisnya, mulai dari pintu masuk kedatangan hingga suasana air
terjun yang seolah dalam tabung.
Beberapa orang di Probolinggo baik di hotel maupun di travel agent yang
kami tanyai mengenai air terjun ini mengaku belum pernah berkunjung
kesana. Hal ini mungkin disebabkan karena bentuk air terjun ini yang
bila terjadi longsor atau banjir, maka kita yang berada di dasar tabung
tersebut akan terperangkap. Sehingga berada di 'tabung' ini perasaan
kita akan bercampur aduk antara kagum pada keindahan alam ini dan
was-was. Melihat kondisi seperti ini jika diperkirakan akan terjadi
longsor atau banjir, kawasan objek wisata Madakaripura ini akan ditutup
untuk pengunjung.Sesudah
puas main air dan kedinginan, kita bisa menikmati minuman panas di
warung dekat air terjun sebelum berjalan kaki lagi menuju tempat parkir.
Secara umum tempat ini telah dikelola dengan cukup baik, dapat dicapai
lewat jalan aspal yang mulus, jalan setapak yang nyaman, fasilitas umum
seperti kamar mandi, mesjid dan tempat parkir. Namun kurangnya informasi
mengenai tempat ini dan jaminan keamanan yang belum ada mengakibatkan
jarang orang tahu dan mau berkunjung ke kawasan wisata ini. Dengan
promosi yang cukup, pengunjung Bromo akan dapat menambah daftar tujuan
wisatanya.
Wisata Pantai Bentar
01:33
| Author: Tri Wahyuningsih
Berjalan
kaki ke tengah laut, agak aneh kedengarannya. Apalagi sambil bersenda
gurau bersama keluarga, teman atau orang-orang dekat yang kita sayangi.
Tapi angan itu akan terwujud jika Anda berada di Pantai Bentar Indah,
Probolinggo. Obyek wisata pantai ini terletak di tepi jalan raya
Surabaya-Banyuwangi, tepatnya di wilayah kecamatan Gending, 7 kilometer
arah timur Daerah Tingkat II Probolinggo. Mengingat lokasinya yang
strategis, tempat ini mudah sekali dijangkau.
Suasana kota mangga
ini, kental terasa dalam perjalanan. Bukan hanya buah mangga manalagi
saja yang khas dari kota ini. Kedai-kedai penjaja buah lain seperti
semangka dan anggur akan Anda jumpai sepanjang jalan menuju pantai
Bentar. Setelah 7 kilometer kelihatan sebuah bukit dengan ujung
menyentuh jalan aspal mulus yang kita lalui. Di seberang dari bukit
inilah pantai Bentar berada. Karena berlokasi di kecamatan Gending, ada
juga yang menyebutnya pantai Gending.
Memasuki kawasan wisata
Bentar, Anda akan langsung disambut dengan aroma panganan khas Jawa
Timur seperti soto, rawon, sate gulai serta nasi pecel dan aneka makanan
lainnya. Deretan depot atau warung-warung makanan bercampur kios-kios
cenderamata ini menjadi pemandangan pertama xang akan kita lihat.
Area
ini sekaligus sebagai tempat parkir bagi pengunjung. Selanjutnya dengan
tiket masuk yang relatif murah, kita dapat memasuki area play ground.
Tempat ini cocok untuk keluarga. Selain tempatnya yang luas dan rindang,
tersedia juga pondok-pondok kayu untuk beristirahat sambil membuka
bekal. Ayunan, jungkitan dan alat main anak-anak lainnya juga terdapat
di sini. Di seputar area play ground, melingkar lintasan rel kereta api.
Tentu saja kereta apinya kecil, favorit anak-anak.
Paling khas
dan menawan dari wisata pantai Bentar ini adalah sebuah anjungan dari
kayu yang teranyam apik menjorok ke tengah laut sejauh kurang lebih satu
kilometer. Konstruksinya cukup kuat dan dirancang untuk dilalui
pengunjung, seperti jembatan kayu yang kokoh.
Dulunya anjungan
ini terbuat dari bambu, hanya menjorok tetapi tidak bercabang. Kemudian
sekitar 1995 diganti materinya dengan kayu supaya lebih kokoh dan tahan
lama. Anjungan ini berawal dengan tikungan yang elok di antara
semak-semak pohon bakau. Akar-akar bakau menancap kuat di tepi pantai.
Serombongan bangau sesekali terbang melintasi anjungan, sementara
kelompok bangau lain tercecer di antara akar-akar bakau sambil mencari
makan.
Panorama pantai Bentar lebih mirip sebuah danau yang
menyatu dengan danau yang menyatu dengan lautan, karena memang nyaris
tak ada olbak. Selain airnya tenang, kelihatannya memang wilayah laut
dangkal. Di anjungan yang berupa geladak panjang ini terdapat
persimpangan yang menuju arah lain, dan setiap ujungnya ditutup dengan
bangunan berbentuk pendopo beratap genting. Pendopo ini berfungsi untuk
tempat beristirahat sejenak sambil berteduh. Pendopo paling besar
letaknya di anjungan paling ujung. Di sana terdapat beberapa perahu
motor tradisional yang siap mengantar Anda melanjutkan perjalanan
menyusuri laut lepas. Perahu ini menawarkan jasa menyeberangi laut
menuju tampat keramba-keramba petambak ikan dan udang. Selain itu juga
menyinggahi daerah pantai lain di sisi pantai Bentar.
Jika
takut berlayar, menikmati panorama lepas pantai juga tak kalah
menariknya. Dari ujung anjungan ini kita bisa memandang perahu-perahu
besar kecil sedang berlayar. Banyak di antara pengunjung tak sekedar
jalan di anjungan, mereka juga bisa sambil mengobrol, bercanda, berfoto,
berkelakar di sepanjang anjungan juga di pendoponya.
Jika kebetulan
Anda sedang melaju dari Jakarta-Surabaya-Banyuwangi menuju Bali atau
rute sebaliknya, Pantai Bentar akan mengobati kepenatan Anda.
Anda pernah mendengar fasilitas Taman Wisata Studi Lingkungan (TWSL) di
Probolinggo ..? Pembangunan Taman Wisata Studi Lingkungan dimaksudkan
sebagai salah satu upaya penyediaan sarana wisata dan media studi
tentang lingkungan bagi masyarakat Kota Probolinggo. Walaupun masih
terbilang manfaat bagi masyarakat dan khususnya bagi para pelajar untuk
dapat mengenal lingkungan lebih dalam. Oleh karenanya, peran serta kita
dalam membantu pelestarian lingkungan sangat diperlukan sekali.
Dalam
hal ini Pemkot Probolinggo telah memiliki Unit Pelaksana Teknis Dinas
(UPTD) Pusat Informasi dan Studi Lingkungan dibawah naungan Dinas
Kebersihan dan Lingkungan Hidup, yang mempunyai peran serta didalam
pengembangan aset Kebudayaan lingkungan bestari Kota Probolinggo. Dimana
dalam kaitannya dengan hal ini bahwa sarana pendidikan lingkungan
sangat diperlukan dan harus dilakukan sedini mungkin untuk semua
kalangan, terutama pada kalangan anak-anak;
Taman Wisata Studi
Lingkungan atau yang lebih dikenal dengan TWSL diresmikan oleh Bapak
Walikota Probolinggo pada hari Jumat tanggal 15 September 2006 yang
bertempat di Jalan Basuki Rahmat, pada waktu itu bersamaan pula dengan
acara parade bunga dan kirab budaya. TWSL itu nantinya akan dilaksanakan
pembangunan berkelanjutan untuk kedepannya. Saat ini pengembangan yang
dilakukan di TWSL adalah penanaman berbagai jenis pohon dan pengembangan
jenis satwa. Sudah terdapat 20 jenis pohon dan beberapa jenis satwa di
TWSL.
Diantara jenis pepohonan antara lain pohon mahoni,
mengkudu, waru rangkang dan beberapa jenis tanaman yang lain sdangkan
untuk satwa meliputi reptil, unggas, mamalia seperti ular phiton,
crocodile, burung kakak tua, burung rajawali, wak-wak, dan masih banyak
lagi.
Selain terdapat jenis peohonan dan beragam macam satwa,
TWSL juga menyediakan sarana bermain untuk anak-anak, dan yang tak kalah
pentingnya lagi disana juga menyediakan fasilitas perpustakaan umum
oleh UPTD PISLH yang dimanfaatkan untuk mereka yang ingin mengembangkan
wawasan lingkungan dan berinteraksi secara langsung dengan lingkungan
TWSL tersebut.
Selain meningkatkan pengetahuan dan wawasan
lingkungan, TWSL ternyata masih mempunyai banyak tujuan diantaranya
untuk meningkatkan produktifitas lahan sebagai aset Pemerintah Kota
Probolinggo, kemudian sebagai akselerasi penyadaran dan kepedulian
terhadap pengelolaan pelestarian lingkungan, dan yang terkahir untuk
meningkatkan kapasitas daerah Kota Probolinggo.
Jadi dengan
demikian kita mendapatkan manfaat sesuai dengan apa yang kita harapkan.
Selain menambah keramaian masyarakat pusat kota Probolinggo,
meningkatkan kualitas sumber daya manusia, menigkatkan kesempatan
berusaha masyarakat, dan yang terakhir untuk mengurangi kerawanan
konflik sosial perkotaan khususnya Kota Probolinggo.
Jika
berminat berpetualang secara langsung dengan menambah wawasan
lingkungan, datang aja ke TWSL, disana kita akan mendapatkan banyak
pengalaman menarik seputar wawasan lingkungan.
*
Wisata Alam
Di
Pantai Kota Probolinggo bisa menikmati pemandangan laut, naik perahu
keliling Pelabuhan, lihat batu karang ataupun untuk memancing Dan saat
ini Pemerintah Kota Probolinggo sedang merencanakan Wisata Bahari yang
terletak di sebelah Timur Pelabuhan Tanjung Tembaga, juga disedakan pula
sarana Pelelangan Ikan.
*
Wisata Religi
o
Masjid Tiban
Banyak anggapan bahwa Masjid Tiban yang terletak di Kelurahan
Pilang ini dahulunya menjadi satu dengan Pulau Gili yang terletak di
ujung Utara Pantai Kabupaten Probolinggo. Namun anggapan ini disanggah
oleh sesepuh yang ada di Masjid Tiban Konon ceritanya adalah seperti
Cerita Candi Prambanan. “KUN” jadilah maka jadilah Masjid Tiban tersebut
dalam waktu sekejab
Selain hal tersebut ada keunikan di
dalam Masjid Tiban yaitu dihalaman belakang ada sebuah batu untuk
bertapanya Syaeh Maulana, Dan di dekat Masjid ada sebuah sumur yang air
sumurnya banyak mengandung khasiat untuk penyembuhan segala macam
penyakit bagi yang percaya bahkan ada juga yadipergunakan untuk minta
jodoh dengan cara diminum dan dibuat mandi .
Adapun
yang datang dari berbagai daerah/ maupun luar pulau antara lain,
Kalimantan, Sumatra, Maluku, Banten,Solo Yogyakarta, Lumajang Jember dan
Banyuwangi, yang datang berkunjung biasanya pada malam Jum’at manis
datangnya berombongan maupun Pribadi. Biasanya setelah Sholat, berzikir
kemudian mandi dari air masjid Tiban tersebut
* Wisata Minat Khusus
o Alon-alon Kota Probolinggo
Banyak dikunjungi masyarakat terutama pada malam minggu dan
hari minggu pagi, fasilitas nya adalah disediakan tempat bermain
anak-anak , rekreasi keluarga dan dipinggir area alon-alon banyak
penjual makanan,selain hal tersebut pada hari minggu paginya Kantor
Pemuda Budaya dan Pariwisata bekerja sama dengan pihak swasta mengadakan
senam pagi (Airoebic ) bersama masyarakat .juga fasilitas lain
disediakan pula sarana olah raga (tempat Volly dllnya)
o Pusat Jajanan
Tidak kalah menariknya pusat jajana dinamakan len-jelenan yang
terletak di Jalan Niaga sebelah barat pasar besarkota Probolinggo
dibuka pukul 17,00 sampai pukul 02.00 dini hari. Pasar len-jelenan ini
dijual bebagai makanan khas Probolinggo dan sekitarnya.
o Pusat Pedagang kaki Lima
Terletak disepanjang jalan Dr. Sutomo dan menjual berbagai
jenis kebutuhan dari makanan, caset, sepatu dan lain-lainnya.
o Kolam Renang
Pemerintah Kota Probolinggo menyediakan Kolam Renang dan merupakan taman Rekreasi Keluarga.
* Wisata Industri
Keramik jawa ini dikerjakan secara tradisinal dengan
lukisan-lukisan tangan yang indah sesuai dengan selera pemesan.
Wisatawan bisa datang berkunjung ketempat keramik jawa ini dan mencoba
bagaimana cara membuat keramik secara tradisional dan juga cara
melukisnya
Nama pengusaha : Ny. Endang
Alamat : Jl. Baru Wiriborang Kota Probolinggo
Kontak Person : 085230029926
Kapasitas : 30 m2 per bulan
Produksi : 300 macam keramik
o Manik-Manik
Kerajian manik-manik dari bermacam-macam jenis produk antara
lain ; beraneka ragam tudung saji, tas, tempat tisu ( handycraf).
Nama Perusahaan : In Coming Collection
Nama Pemilik : Mytha
Alamat : Jl. Lumajang Kota Probolinggo
Kontak Person : 7608023
Kapasitas : 10.000 tas per bulan
o Mebel Antik
Nama Perusahaan :
Nama Pemilik : Soefandi
Alamat : Jl Suyoso 92
Kapasitas : 2 Set perbulan
Kontak person : (0335) 422460
o Kopiah & Tasbih
Nama Perusahaan : Melati
Nama pemilik : Hopsah
Alamat : Gg. Buntu Triwung Kidul
Kapasitas : 35 Kodi per bulan
Kontak person : (0335) 426493
o Kue Basah
Andalan Kota Probolinggo kue basah yaitu : Kue Jongkong
Bisa dihubungi UD Candra Alamat Jl. Noyogenggong No. 1
Nama : Marginingtyas
Contact Person : 0335 420773
Tokonya di Jalan Pahlawan
Tampilan
Rawon Nguling yang cenderung hitam kadang abu abu, berminyak dan panas
ternyata nggak bisa membuatnya tertarik, mungkin karena terbiasa dengan
rendang dan bumbunya sehingga merasa aneh kalo potongan daging sapi ini
harus bercampur dengan kuah dan buah kluwek.
Anda
akan menemui dengan mudah tempat ini bila melewati jalur pantai utara
ke arah kota Probolinggo, tepatnya 50 meter setelah jembatan pasar
nguling di sebelah kiri akan nampak berjajar deretan mobil didepan
warung ini (atau lebih layak disebut restaurant). Kesuksesan rawon
nguling ini membuat pemiliknya membuka cabang di kota Surabaya dan
malang untuk mendekatkan ke konsumen .
Di
seberang rawon nguling ini ada pasar sapi yang sampai sekarang masih
eksis, ada hari hari tertentu yang membuat pasar ini lebih ramai .
dulunya warung ini laris karena banyaknya pedagang ("blantik "bahasa
jawanya) yang nongkrong setelah keberhasilannya bertransaksi, kadang
yang belum terbelipun ya nongkrong juga , sekedar ngopi dan makan
jajanan ringan .
Rasa
dari rawon nguling ini dapat tersaingi dengan "Rawon Bangil" yang
berada dikota pasuruan, dari arah Probolinggo ke surabaya setelah belok
kiri dari jembatan dalam kota, 50 meter kemudian akan menemui jalan
disebelah kiriBank BCA yang sayangnya merupakan satu jalur, jadi anda
muter dulu setelah ketemu pasar pasuruan .
Kuah
dan bumbunya sangat nendang di lidah , tidak terlalu keras namun harum ,
apalagi bila anda memesan empal sapinya ....wah ini yang menjadi nilai
lebih rawon bangil ini , bukan cuma gurih tapi juicy dan mantap tanpa
membuat dagingnya tertinggal di sela gigi anda..... lumer wakkzzz
..pokoknya mak nyossss ...hehehehehehe ...
Pesaing
rawon nguling lainnya yang cukup punya nama adalah Rawon Setan dari
Surabaya . dengan ngantrenya pengunjung rawon ini seakan memberi
pengesahan nikmatnya masakan diwarung ini. potongan dagingnya besar
besar dan rasanya juga cukup hard enough mendapat 4 bintang .
Jangan lupa untuk mencoba makanan lainnya di Probolinggo yaa.,.,